Dalam shalawat yang Kita lantunkan setiap Shalat dan di luar shalat, Kita memohon kepada Allah agar Allah memberi rahmat, keselamatan dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Allah memberi keselamatan dan kesejahteraan pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ini menunjukkan bahwa Ibrahim Alaihis Salaam memiliki kedudukan istimewa di hadapan Allah Azza wa Jalla. Beliau diberi gelar Kholilullah (Kekasih Allah) dan disebut sebagai “Abul Anbiya” (Bapaknya Para Nabi). Memang dalam kenyataan sejarah Para Rasul yang berjumlah
tiga ratusan dan para Nabi yang berjumlah seratus dua puluh empat ribu kebanyakan dari keturunan Nabi Ibrahim, termasuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam.
Keistimewaan Ibrahim dan Doanya
Tidak diragukan lagi bahwa posisi Ibrahim dalam panggung kehidupan manusia di muka bumi dan sepanjang zaman sangatlah penting. Hal ini karena Beliau memiliki keimanan yang terbaik sepanjang sejarah, dan ketauhidan yang menjadi contoh bagi semua umat manusia. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam ayat berikut ini,
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja… (Al-mumtahanah: 4)
Yang paling disukai Allah dalam pribadi Ibrahim Alaihis salaam adalah keteguhannya dalam mendakwahkan nilai-nilai Tauhidullah. Beliau sangat berani menyatakan kebenaran ajaran Tauhid meskipun orang-orang kafir semakin sengit memusuhinya.
Nabi Ibrahim menolak segala bentuk penyembahan kepada selain Allah, baik dalam bentuk benda-benda yang disembah seperti patung berhala maupun konsep atau pandangan hidup yang salah dan dianut Kaum Jahiliyyah di masa Beliau. Nabi Ibrahim dengan terus terang menyatakan permusuhan terhadap seluruh kemusyrikan, kekufuran dan kedurhakaan. Beliau pernah melakukan tindakan yang sangat menggemparkan yaitu dengan memotong kepala patung-patung dan disisakannya satu patung paling besar, lantas kapak yang digunakan untuk menghancurkan patung-patung itu digantungkan di leher patung terbesar itu… Tentu saja hal ini membuat berang para pemuka kemusyrikan sehingga mereka memutuskan Ibrahim AS harus dihukum dengan hukuman paling keji yaitu dibakar hidup-hidup. Menghadapi hukuman ini Beliau tetap sabar dan tegar, tanpa rasa takut. Akhirnya ketika hukuman terhadap Beliau dilaksanakan, Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim AS dari kobaran api dengan izin-Nya,
Kami (Allah) berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (Al-anbiyaa: 69-70)
Peristiwa ini sangat dahsyat dan menjadi mukjizat Nabi Ibrahim AS yang dikenang dalam sejarah manusia sepanjang zaman. Peristiwa ini tentu menjadi teladan bagi para pejuang dakwah di jalan Allah yang berani menghadapi segala risiko yang menghadang tatkala meninggikan Kalimatullah.
Nabi Ibrahim juga membuktikan dirinya sebagai “Kholilullah” (Kekasih Allah) karena kecintaannya kepada Allah jauh melampaui kecintaannya kepada istri , anak, dan kehidupan duniawi. Beliau tabah dan sabar ketika harus memisahkan istri Beliau yaitu Siti Hajar dan putranya yang masih bayi ke negeri Mekah karena perintah Allah. Padahal Beliau sudah lama sekali merindukan seorang anak, hingga usia 80 tahun belum juga dikaruniai seorang penerus perjuangan. Di usianya yang tua ini Allah lantas memberikan seorang putra dari istri Beliau yang kedua yaitu Siti Hajar.
Bahkah (lembah air mata) adalah tempat Nabi Adam AS pernah hidup bersama Siti Hawa istri dan putra putrinya ribuan tahun sebelum kejadian ini berlangsung.. Nabi Ibrahim, Hajar dan bayi Ismail menempuh perjalanan dari Syam (Palestina) ke Bakkah saat itu yang menempuh waktu berbulan-bulan lamanya. Kemudian Ibrahim AS diharuskan Allah meninggalkan istri Beliau dan putranya yang masih bayi di lembah yang gersang tanpa penghuni itu. Perpisahan ini sungguh mengharukan namun baik Ibrahim AS maupun Siti Hajar menjalaninya dengan patuh. Saat itulah Beliau berserah diri, pasrah kepada Allah seraya berdoa,
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Ibrahim:37)
Begitu besar husnuzhan (baik sangka) Ibrahim AS kepada Allah. Beliau menyatakan bahwa Beliau lah yang menempatkan putra kesayangan dan istrinya yang masih lemah karena mengikuti perintah Allah dengan penuh kepatuhan dan tanggung jawab. Beliau yakin dengan penjagaan dan pemeliharaan Allah atas keluarganya karena tempat tersebut adalah rumah Allah yang suci dan diberkahi. Beliau memohon kepada Allah agar anak keturunannya menjadi hamba-hamba Allah yang mendirikan shalat dan senantiasa bersyukur… Dalam doa ini Beliau tidak mendikte Allah tetapi memohon jalan keluar dengan memohon agar Allah membuat hati-hati manusia cenderung kepada mereka … Beliau memohon kepada Allah agar keluarganya diberi rizki Dari buah-buahan… Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim AS karena tempat yang ditinggalkan Nabi Ibrahim itu menjadi wilayah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Allah berfirman,
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah]. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Ali Imraan: 96-97)
Doa Nabi Ibrahim AS ini dikabulkan Allah. Dia (Allah) tidak menjadikan tanah gersang di sekitar Ka’bah menjadi subur, namun banyak orang mendatangi tempat tersebut dari hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun hingga saat ini. Ka’bah menjadi ramai dan banyak buah-buahan berdatangan dari berbagai negeri yang dapat Kita saksikan sekarang di Mekah sampai saat ini. Allah menjadikan sekitar wilayah tersebut sebagai lahan-lahan penggembalaan hewan baik domba, kambing, maupun unta karena menjadi tempat kunjungan peribadatan dari berbagai penjuru Dunia… Allah memberikan mata air yang tak pernah kering bagi penduduk Kota Mekah dan para peziarah yang melaksanakan ibadah haji di Kota Suci tersebut. Hingga kini entah sudah berapa miliar liter air keluar dari bumi yang tandus tersebut, namun tidak pernah berhenti mengalir. Para Haji dari berbagai negara di Dunia yang sekarang ini mencapai 3 juta orang pertahunnya selalu membawa air zam-zam ini sebagai oleh-oleh… Hal ini menjadi tanda kekuasaan Allah yang sangat agung dan tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun. Perjalanan haji adalah napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dalam menegakkan kalimah Allah,
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (Alhajj: 27-28)
Bukti Keagungan Allah
Nabi Ibrahim AS disebut sebagai Abul Anbiya (Bapak Semua Nabi) karena dengan izin Allah, anak dan keturunan Beliau banyak yang menjadi Nabi dan Rasul Alaihimus Salaam. Setelah kembali ke Palestina Beliau juga dikaruniai Allah seorang putra lagi yaitu Ishaq AS. Beliau menyatakan hal ini dalam doanya,
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. (Ibrahim: 39)
Anak-anak yang saleh merupakan dambaan orang tua manapun di muka bumi ini. Demikian juga sebagai Nabi, Ibrahim AS sangat mengharapkan anak-anak, cucu, dan keturunan yang shalih dan shalihah agar dapat melanjutkan perjuangan dakwah dan menambah banyak pahala karena mereka menjadi kesinambungan perjuangan menegakkan tauhidullah di muka bumi. Doa Nabi Ibrahim tentang anak saleh ini begitu singkat namun dapat Kita teladani, “Rabbij’alnii muqimash shalaati wa min dzuriyatiii, rabbanaa wa taqabbal du’aa” (Yang Allah jadikan aku dan anak-anak keturunanku orang-orang yang mendirikan shalat)
Putra Beliau Ishaq AS diperoleh dari istri pertama Siti Sarah menjadi Rasul Allah demikian juga putra Ishaq AS (cucu Nabi Ibrahim AS) bernama Ya’qub AS menjadi seorang Rasul. Nabi Ya’qub AS juga mempunyai anak yang menjadi Rasul yaitu Yusuf AS (cicit Ibrahim AS). Di antara saudara Yusuf AS ada yang bernama Yahuzha dan menjadi cikal bakal dari bangsa yahudi. Di dalam Al Quran mereka (orang-orang yahudi) dipanggil dengan sebutan “Bani Israil” (Anak keturunan Israil). Israel adalah gelar dari Nabi Ya’qub AS untuk mengingatkan mereka agar tidak membanggakan keturunan Yahuzha (saudara Yusuf AS) tetapi keturunan Rasul yang dimuliakan Allah. Dari kalangan Bani Israil ini nanti banyak Nabi-nabi dilahirkan misalnya Nabi Musa, Harun, Daud, Sulaiman, dan Iesa Alayhimus Salaam. Para Rasul dan Nabi diutus dari kalangan Bani Israil untuk memperbaharui syariat agama Islam yang diwariskan dari Ibrahim dan Ishaq. Inilah pernyataan Allah,
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Al baqarah 132-133)
Ketika membangun (merenovasi) Ka’bah, Nabi Ibrahim dan putranya Ismail berdoa bersama memohon keturunan yang saleh.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (Al Baqarah 128-129)
Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim dan Ismail AS. Dari keturunan Ismail AS ini, Allah berikan orang-orang yang memelihara dan menjaga Rumah Allah Ka’bah dari generasi ke generasi. Dan ribuan tahun kemudian, Allah menurunkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam penutup para Nabi dan Rasul di Bumi Mekah untuk menjadi rahmat bagi seluruh manusia di Akhir Zaman… Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah seorang pendidik yang membacakan ayat-ayat kauniyuah kepada para pengikut Beliau, mengajar Al Kitab (Al-Quran) dan Al Hikmah (As-Sunnah) mensucikan jiwa mereka dengan ibadah dan penghambaan kepada Allah.
Sumber: ww.dakwatuna.com
0 Response to "Subhanallah...!!! Dahsyatnya Doa Nabi Ibrahim."
Posting Komentar