Beberapa hari terakhir, sejumlah daerah digoncang gempa karena pergeseran lempengan. Terkait hal ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan upaya kedaruratan bencana terutama dari penelitian terbaru, wilayah Mentawai berpotensi akan digoncang gempa 9 SR disusul dengan tsunami.
"Penelitian terbaru LIPI bersama Prancis, Singapura, di Mentawaii masih ada energi dengan potensi gempa 9 SR dan langsung disusul tsunami," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo di Graha BNPB, Jl Pramuka Raya, Jaktim, Selasa (27/7/2015).
"5 menit gempa langsung tsunami. BMKG belum keluarkan peringatan, tsunami keburu datang. 9 SR itu bangunan bisa luluh lantah, ketinggian tsunami sampai 10 meter, untuk pantai daratan di Sumbar bisa sampai 2 km, untuk sungai 5 km," sambungnya.
Untuk itu, BNPB bersama pihak-pihak terkait terus melakukan persiapan terkait potensi gempa tersebut. Pada tahun 2013, BNPB bersama 17 negara membuat simulasi gempa berskala nasional untuk menghadapi gempa dahsyat itu.
"Kita harus siapkan pemda dan warga setempat untuk menghadapi. Di situ disimulasikan kalau benar-benar terjadi gempa sebesar itu dan tsunami. Kita pakai skenario terburuk. Dilatihkan, kita kaji cepat. termasuk bantuan-bantuan, kita kerahkan dari kabupaten terdekat, lalu dari Halim pakai hercules kita dropping," jelas Sutopo.
Sejak 2012, kata Sutopo, BNPB telah memiliki master plan terkait hal ini. Bahkan BNPB juga telah banyak membangun infrastruktur, termasuk shelter-shelter pengungsi. BNPB pun juga telah memiliki pusat pengendali operasi khusus yang buka 24 jam.
"BPBD provinsi juga bangun. Harusnya pemda mengalokasikan dana agar tiap tahun digelar latihan. Malahnya warga nggak mau kalau sering-sering, karena kalau latihan toko-toko pada tutup. Bahkan sosialisasi terus ada melalui ceramah-ceramah saat salat Jumat, termasuk pendidikan bencana lewat budaya sana. Bangunan-bangunan hotel bisa untuk tempat evakuasi," tutur Sutopo.
Meski begitu, BNPB belum bisa memastikan kapan gempa besar tersebut akan terjadi. Namun jika melihat dari sejarahnya, saat ini sudah memasuki siklus 200 tahunan. "Kalau berdasarkan sejarah tsunami, ada pada 1838, dan ini memiliki siklus 200 tahun. Kita ta belum tahu pastinya kapan (gempa akan terjadi) tapi sekarang siklusnya sudah memasuki. Dampaknya besar," terangnya.
Selain daerah Mentawai atau di wilayah utara, wilayah selatan Jawa juga masih berpotensi akan terjadi gempa maupun tsunami. Juga termasuk wilayah Timur, khususnya Ambon. "Selatan Pangandaran sampai Banyuwangi sudah lepas karena ada sesmic gap. Di Selat Sunda kalau dulu ancamannya Krakatau, sekaran ada potensi 8 sampai 8,2 SR. di Ambon sudah masuk catatan 200 tahunan, ada banyak (potensi) tapi risetnya masih kurang," ucap Sutopo.
"BNPB berencana untuk riset kebencanaan tahun ini anggaran Rp 10 m. Kita bekerjsama dengan perguruan-perguruan tinggi. Kemarin sudah ada dengan UGM," tutupnya.
Seperti diketahui, pada akhir 2010 Mentawai juga telah digoncang gempa dan berdampak timbulnya tsunami. Ada seratusan lebih orang yang tewas akibat peristiwa tersebut.
(ear/rvk/detikcom)
"Penelitian terbaru LIPI bersama Prancis, Singapura, di Mentawaii masih ada energi dengan potensi gempa 9 SR dan langsung disusul tsunami," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo di Graha BNPB, Jl Pramuka Raya, Jaktim, Selasa (27/7/2015).
"5 menit gempa langsung tsunami. BMKG belum keluarkan peringatan, tsunami keburu datang. 9 SR itu bangunan bisa luluh lantah, ketinggian tsunami sampai 10 meter, untuk pantai daratan di Sumbar bisa sampai 2 km, untuk sungai 5 km," sambungnya.
Untuk itu, BNPB bersama pihak-pihak terkait terus melakukan persiapan terkait potensi gempa tersebut. Pada tahun 2013, BNPB bersama 17 negara membuat simulasi gempa berskala nasional untuk menghadapi gempa dahsyat itu.
"Kita harus siapkan pemda dan warga setempat untuk menghadapi. Di situ disimulasikan kalau benar-benar terjadi gempa sebesar itu dan tsunami. Kita pakai skenario terburuk. Dilatihkan, kita kaji cepat. termasuk bantuan-bantuan, kita kerahkan dari kabupaten terdekat, lalu dari Halim pakai hercules kita dropping," jelas Sutopo.
Sejak 2012, kata Sutopo, BNPB telah memiliki master plan terkait hal ini. Bahkan BNPB juga telah banyak membangun infrastruktur, termasuk shelter-shelter pengungsi. BNPB pun juga telah memiliki pusat pengendali operasi khusus yang buka 24 jam.
"BPBD provinsi juga bangun. Harusnya pemda mengalokasikan dana agar tiap tahun digelar latihan. Malahnya warga nggak mau kalau sering-sering, karena kalau latihan toko-toko pada tutup. Bahkan sosialisasi terus ada melalui ceramah-ceramah saat salat Jumat, termasuk pendidikan bencana lewat budaya sana. Bangunan-bangunan hotel bisa untuk tempat evakuasi," tutur Sutopo.
Meski begitu, BNPB belum bisa memastikan kapan gempa besar tersebut akan terjadi. Namun jika melihat dari sejarahnya, saat ini sudah memasuki siklus 200 tahunan. "Kalau berdasarkan sejarah tsunami, ada pada 1838, dan ini memiliki siklus 200 tahun. Kita ta belum tahu pastinya kapan (gempa akan terjadi) tapi sekarang siklusnya sudah memasuki. Dampaknya besar," terangnya.
Selain daerah Mentawai atau di wilayah utara, wilayah selatan Jawa juga masih berpotensi akan terjadi gempa maupun tsunami. Juga termasuk wilayah Timur, khususnya Ambon. "Selatan Pangandaran sampai Banyuwangi sudah lepas karena ada sesmic gap. Di Selat Sunda kalau dulu ancamannya Krakatau, sekaran ada potensi 8 sampai 8,2 SR. di Ambon sudah masuk catatan 200 tahunan, ada banyak (potensi) tapi risetnya masih kurang," ucap Sutopo.
"BNPB berencana untuk riset kebencanaan tahun ini anggaran Rp 10 m. Kita bekerjsama dengan perguruan-perguruan tinggi. Kemarin sudah ada dengan UGM," tutupnya.
Seperti diketahui, pada akhir 2010 Mentawai juga telah digoncang gempa dan berdampak timbulnya tsunami. Ada seratusan lebih orang yang tewas akibat peristiwa tersebut.
(ear/rvk/detikcom)
0 Response to "BMKG: Mentawai Berpotensi Gempa 9 SR dan Tsunami, BNPB Terus Lakukan Persiapan"
Posting Komentar